Surat Untukmu, Nak. Dari Calon Ayahmu

Ketika matahari naik ke peraduannya, ketika itu pula aku takjub akan kebesaran sang maha pencipta. Setiap limpahan nikmat yang tak pernah terbesit untuk membalas. Bukan karena tak mau, tapi memang tak mampu. Sungguh hanya syukur yang terukir di hati kepada sang ilahi.

Anakku, panggil aku Ayah. Walau sebenarnya pun aku tak tahu apakah benar aku ini akan menjadi seorang Ayah. Walau sekarang engkau belum ada, tapi aku bisa membayangkan semua desiran senyum manismu. Aku bisa membayangkan bagaimana tawamu bila ku goda dirimu yang mungil. Bahkan aku pun bisa merasakan hangatnya keluarga bersamamu dan Ibumu. Kenyamanan dunia yang tiada tara adalah melihat senyum keluargaku. Tutuplah matamu, bayangkan lekukan bibir Ibu dan Ayahmu. Maka kau akan tersenyum bahagia.

Anakku, tetaplah tersenyum walau aku marah sekalipun. Karena senyummu pasti akan mampu meluluhkan kerasnya hatiku. Karena senyummu pasti akan mampu membuka jalan terang bagi mataku. Karena itulah aku ingin kau selalu tersenyum. Senyum yang terpancar dari dalam dadamu, dari lubuk hatimu.

Kesendirianku dalam alunan dan petikan nada yang menusuk nadi ini, membuatku terus bertanya seperti apakah dirimu? Apakah kau cantik? Apakah kau manis? Apakah kau lucu? Apakah kau... Ahh.. itu semua tak penting bagiku. Aku tak peduli bagaimana rupamu. Aku takkan pernah mengeluh bagaimana jasadmu. Karena bagaimanapun dirimu, engkau tetap anakku yang menentramkan hatiku.

Anakku, ketika engkau lahir nanti, aku lah yang mengumandangkan untaian kalimat Tuhan di telingamu. Akulah yang memberikan kehangatan pada dirimu yang masih kaku dengan udara dunia. Akulah yang memelukmu erat dalam senyum manis Ibumu. Akulah yang membisikkan, “Nak, Ayah mencintaimu dan aku akan selalu menjaga senyummu.”

Saat itu aku pasti kan menangis sejadinya. Itulah yang kunamakan tangis bahagia. Tangis yang membawa suka, bukan duka. Dan ketika kulirik ibumu, aku melihat pancaran senyum luar biasa dalam setiap hembusan keletihannya. Sungguh rasa cintaku terus bertambah, bertambah dua kali lipat.

Anakku, ketika ada orang yang mengganggumu, katakan padaku. Mungkin dengan umurku yang masih muda, aku bisa menang melawannya. Aku bisa membuatnya jera dan takkan pernah menyentuhmu. Tapi mungkin tak selamanya akan seperti itu. Aku akan menua dan melemah. Dari berdiri aku akan terduduk. Dari berlari aku akan berjalan. Dan saat itu, aku tak mampu lagi melakukannya. Aku hanya bisa marah dalam hati.

Tapi sebelum itu, aku kan memupukmu dengan ilmu. Ilmu yang membuat orang tiada berani mengganggumu. Ilmu yang membuatmu terus tunduk dan menunduk. Ilmu yang membuatmu semakin tau akan bodohnya manusia. Ya, semua itu akan kuberikan tanpa ada yang tersisa walau hanya setitik saja.

Anakku, kita punya Tuhan. Zat yang memberikan jalan bagi orang yang memohon. Zat yang memberi perlindungan bagi orang yang taat. Zat yang memberikan karunia atas semua permintaan. Dialah yang membuat kita akan bertemu. Dan dialah yang membuat kita berpisah. Itu bukan ketidakadilan wahai anakku. Tapi itu adalah karunia. Karunia yang datang lebih awal untuk perjumpaan selanjutnya.

Anakku, ingatlah Dia ketika engkau marah, sedih, ataupun senang. Jangan sampai kau hanya menjadi seorang yang lalai akan nikmatNya. Karena setiap detik kita adalah pemberianNya. Pemberian yang tak pernah kita berikan kepada siapapun. Itulah kehidupan wahai anakku. Yang sangat banyak manusia telah lalai darinya. Kecintaannya akan hidup melebihi kecintaannya pada sang Pemberi. Karena mereka tak tahu artinya cinta.

Anakku, jika engkau telah paham tentang keesaan Tuhan, maka jalanlah dengan tenang. Kembangkan sayapmu yang harum. Lompatlah setinggi-tingginya. Terbanglah bersama angin kemenangan. Dan gapailah cita dan harapmu. Aku tak bisa lagi menaruhmu dipundakku untuk ke sana. Aku tak kuat lagi wahai anakku. Tulangku akan rapuh. Maka yakinkan aku bahwa engkau bisa melakukannya tanpa diriku.

Bila suatu saat nanti engkau akan jauh dariku, aku pasti tegar dan tetap tegak. Aku akan memberi tahu semua orang bahwa engkau orang hebat. Aku akan bangga dalam setiap langkahku. Karena dalam benakku aku bergumam, “Aku mempunyai anak sepertimu.”


Dan ketika engkau jatuh, jangan pernah menyangka aku akan memarahimu. Jangan pernah menyangka aku akan membencimu. Karena akulah orang pertama yang akan menopang tubuhmu. Memberikan semangat untuk hidupmu. Ketahuilah bahwa alunan hidup ini seperti ombak dilautan. Kadang ia keras kadang pula pelan. Ketika kau menghadapi ombak yang keras, lembutkanlah hatimu. Karena kelembutan hati mampu membuat angin berhenti sejenak lalu berubah menjadi tenang.

Anakku, aku titip Ibumu. Mungkin suatu saat nanti aku tak lagi berada di tengah-tengah kalian. Jagalah Ibumu dengan setulus cintamu. Sayangilah ia seperti engkau menyayangi dirimu. Karena telah bertahun-tahun lamanya ia tertatih menjagamu. Dialah yang memberimu susu ketika engkau menangis kehausan. Dialah yang menyuapimu ketika engkau lapar. Bahkan dia lupa untuk mengurusi perutnya sendiri demimu nak. Maka, sayangilah dia. Cintailah dia. Tetaplah berada di sampingnya ketika ia sakit. Karena dia pasti berpura-pura sehat agar kau tidak khawatir. Itulah bukti bahwa dia sangat menyayangimu.

Nak, mungkin ketika engkau membaca surat ini, aku tak lagi ada. Mungkin sekarang aku sedang mempertanggungjawabkan perbuatanku di dunia. Tak lagi ada yang bisa membantuku. Hanya doamulah yang kuharapkan untuk mengurangi segala dosa-dosa yang telah kuperbuat. Karena aku yakin, bahwa Tuhan pasti mendengar doa anak yang sholeh.

Walau aku belum melihatmu.
Walau aku tak tahu bagaimana rupamu.
Aku tak pernah ragu akan rasa cintaku.
Anakku, sampai jumpa di batas waktu.

NB : Tulisan ini  saya dedikasikan untuk mengikuti lomba "Surat untukmu Nak, dari Calon Ayah/Ibumu"

9 komentar:

  1. moga menang ya..aku juga pengen ikutan nih..:)

    BalasHapus
  2. Bagus sekali....pastilah menulis dengan hati sepenuhnya. Terharu sekali di akhir-akhir kalimatnya, selamat ya :)

    BalasHapus
  3. keren banget tulisannya
    wah baru tau ada lomba
    telat ni chika

    BalasHapus
  4. Tulisan yg menarik sobat ..
    smg bisa meraih hasil yg maksimal & terbaik ya .. good luck :-)

    BalasHapus
  5. Kalo zaman sekarang suratnya diganti sama email nih

    BalasHapus
  6. masyaallah keren abis kak, walo saya anak bendahara, perbendaharaan kata saya ga nyampe seberat ini

    wow, mantep abis punya mentor seorang blogger terkemuka haha

    BalasHapus
  7. ijin ngopast plus share yah mas

    BalasHapus

Silakan dikomentari ya. Klik subscribe by email untuk notifikasi balasan. Terimakasih.

Scroll To Top