Untuk Mutarobbiku yang Kucintai Karena Allah


ilustrasi dari google

Bismillahirrohmanirrohim

Engkau tahu ketika kita dipertemukan dalam suatu lingkaran, diawali dengan perkenalan, canda tawa kecil yang mencairkan hubungan yang kaku, kita sama-sama mengazzamkan diri agar senantiasa hadir dalam lingkaran ini. Kita akan mampu mengubah segala yang ada di sekitar kita untuk kebaikan. Ya untuk dakwah saudaraku.

Engkau pun tahu bahwa setiap kita adalah da’i, dan kita punya tujuan yang sama. Ya apalagi kalau bukan ridho iLahi? Engkau pun tahu kalau kita juga punya pedoman yang sama. Ya apalagi kalau bukan Alqur’an dan sunnah? Dan engkau pun tahu kalau kita lagi-lagi punya tauladan yang sama. Ya siapa lagi kalau bukan Rasulullah saw?

Di setiap awal pertemuan, engkaupun tahu aku selalu berusaha mengencangkan azzam kita yang telah kita bentuk di awal-awal pertemuan indah kita. Istiqomah. Ya, itu kata yang selalu aku andalkan untuk merecharge iman kita semua. Dakwah ini memang layaknya seperti berjalan di sekitar onak dan duri. Ingat saudaraku, kita di sekitarnya, bukan di atasnya. Dan dengan misi dakwah yang kita emban, maka onak itupun menjadi  pudar dan menyatu dengan ranting-ranting yang akan menjadi jembatan kemenangan kita. Serta duri pun akan sembunyi ke dalam akar-akar keistiqomahan kita.


Untuk merubah dan menanamkan ruh-ruh dakwah ini, engkaupun tahu bahwa setiap kita harus memperluas cakupan objek dakwah kita kepada yang ammah. Namun engkau harus ingat akhi, engkau merupakan orang-orang yang dikhossohkan untuk dakwah. Engkau orang yang dikhususkan. Bagaimana mungkin engkau bisa berdakwah untuk umum namun engkau meninggalkan bekal yang harus kau bawa kepada kepentingan dakwahmu?

Sayangnya, hal-hal seperti ini sudah lazim. Meninggalkan halaqoh untuk kepentingan dunia menjadi hal yang lumrah. Engkau sibuk mengurusi dan menghabiskan waktu untuk urusan yang engkau anggap lebih prioritas dari halaqoh ini. Aku cemburu akhi.

Tidakkah kau pernah berpikir ketika hanya satu orang yang hadir dalam pertemuan rutin kita? Kalau boleh aku menangis, maka aku akan menangis sejadinya. Manakah semangatmu yang dulu? Ataukah engkau tidak menerima manfaat dari sekian banyak pertemuan ini?

Bukan ilmu yang engkau cari di sini akhi. Karena ilmu telah berserakan di mana-mana. Engkau tinggal memilih dan menyerapnya kapan dan di manapun engkau mau. Tapi yang engkau cari adalah saudara. Engkau akan melihat surga di wajah-wajah saudaramu yang sholeh. Baterai ketaqwaanmu akan kembali terisi penuh ketika kita bersalaman, tilawah, dan berbagi bersama.

Majelis ilmu yang selalu dihadiri malaikat-malaikat Allah dan diaminkan segala doa-doa kita. Tidakkah engkau mau? Tidakkah engkau merasa ada yang hilang dalam ruhmu? Ataukah hatimu sudah terlanjur beku? Sebeku apapun itu akhi, sempatkanlah kita duduk menyatu dengan bumi, untuk dakwah, untuk Allah.

Untuk mutarobbiku yang kucintai karena Allah.

6 komentar:

  1. semoga selalu dalam lingkup rahmat-Nya dalam penuntutan ilmu :D

    BalasHapus
  2. salam blogger stan!!
    hidup sehat masbero, jiwa dan rohani..

    BalasHapus
  3. ana juga seorang mutarobbi dri MR ana, dan ana juga melakukan hal yg sma dlu, sekarang teman2 ana yg melakukan hal itu, dan sekarang hanya beberapa dari kami yang masih n akan tetap bertahan insya Allah, jika memang benar seperti itu yg MR ana selalu rasakan, subhanallah ana semankin mencintai beliau jadinya...

    BalasHapus
  4. k' ada tulisan buat seorang MR jg ga'??
    :D
    hihi

    BalasHapus
  5. @dilaS
    tulisan untuk MR udah ada yang pernah post di dakwatuna.. coba search aja dila.. :)

    BalasHapus

Silakan dikomentari ya. Klik subscribe by email untuk notifikasi balasan. Terimakasih.

Scroll To Top