Di bilang nekat sih gak juga. Tapi gak tau ini tergolong nekat apa enggak. Karena kalo kita cari arti kata nekat di Kamus Besar Bahasa Indonesi online, artinya berkeras hati. Sedangkan aku dan teman-teman kabul (aka Rio dan Faisal) sama sekali tidak berkeras hati. Malahan kami senang-senang aja seperti mengikuti arus kehidupan #eaaa.
Awalnya sih dadakan banget. Tiba-tiba Faisal sms,
Assalam. kalo bener2 jantan, kita besok ke Langsa jalan-jalan. Masalah lain2 kita pikirkan belakangan, yang penting BERANI!!
Layaknya seorang orator ulung, Faisal sedikitnya bisa membawa emosi aku dan Rio. "Sial, sok ok banget ni anak." pikirku dalam hati. Gak lama setelah sms itu, kami bertiga ngumpul untuk rapat. Dan setelah berpikir keras sana-sini, mempertimbangkan semuanya dari mulai transportasi, duit, penginapan, dan lain-lain, kami ok berangkat lusa, tepatnya hari Kamis tepat pada saat bulan puasa tanggal 18 Agustus 2011.
Puasa itu gak masalah, gak jadi penghalang kami untuk berkelana kemana-mana. Toh juga udah sering puasa kok, maklum derita anak kos. Setelah bersusah payah minta izin ke orangtua, akhirnya aku dan kabul berangkat dengan menggunakan taksi medan menuju langsa. biayanya satu orang 50 ribu rupiah, dijemput ke rumah dan langsung sampai tujuan. Tapi sayangnya, taksi ini lamanya bukan main. Janji jam 9, datangnya jam 11. Belum lagi menjemput penumpang yang lain, dan akhirnya kami berangkat jam 13.30 dari medan. Buset gak tu? Yang seharusnya udah ada di Langsa dengan estimasi waktu 4 jam dari Medan, ini masih aja nongkrong di pom bensin karena ada kakak China dengan logat Aceh kental mau narik duit di ATM.
Yah, tapi itu kami anggap sebagai bumbu perjalanan kami menuju Langsa. Di perjalanan, gak ada kerjaan, kami bermain teka-teki gak jelas hingga akhirnya sang supir pun ikutan. Dan hebatnya, ada teka-teki yang gak bisa terjawab oleh kami yang diberikan oleh sang supir. "Tai apa yang bisa berubah warna??" Asal nyeplos aku bilang,"Tai lincong kena fanta." Huahahaha.., semua ketawa kecuali kakak China tadi. Padahal, kami bertiga udah sepakat, siapa yang bisa buat ketawa kakak itu, dibayarin ongkos ke Langsa.
Alhamdulillah, sekitar jam 16.30 kita sampe di Langsa tepatnya di Paya Bujok Tunong, tempatnya Wak Faisal bertengger. Jadilah kami meletakkan tas, dan sholat ashar sejenak di sana. Gak mau menyia-nyiakan kesempatan Sunset di Langsa, kami segera menuju dermaga Kuala yang kata Faisal bagus. Pinjem dua motor, akhirnya kami berhasil berkelana di Kota Langsa menuju Dermaga Kuala. Sekilas info, dermaga kuala ini adalah tempat rekreasi yang objek utamanya ada lautan. Tapi kita melihat dari atas jembatan. Ini fotonya..
Maaf ya Yo, foto kau gak dipajang..hhe.. Nah, abis dari sini akhirnya kami langsung beranjak menuju rumah sodara Faisal yang lain, untuk berbuka bersama. Di sepanjang perjalanan pulang banyak tambak beserta rumah-rumah kayu yang sangat natural. Gak menyia-nyiakan kesempatan, aku pun berhenti sejenak dan menjepretnya..
Hmm.. Beginilah Langsa, Masih ada tempat-tempat yang terlihat natural dan cukup menenangkan pikiran. Ok, sampailah kami di rumah sodara Faisal, kami disuguhi makanan yang super banyak, sampai kami tidak bisa berdiri tegak. Terimakasih, ini sungguh nikmat. Gratis, enak, banyak pula..heheh
Ok, sehabis maghrib, aku sms temen SD yang udah lama banget gak jumpa dan sekarang udah kerja di Langsa. Namanya Euis Choiriyah, nama bukan samaran. Panggilan Oi. Alhamdulillah, Oi bersedia ketemuan di Lapangan Merdeka. Sehabis Isya di Mesjid Raya Langsa, kami langsung jalan kaki menuju Lapangan Merdeka. Di Lapangan ternyata sudah ramai orang menyalakan petasan. Setelah menelpon Oi yang sudah daritadi ada di TKP, kamipun berjumpa. Aiihh,, wajahnya gak jauh berubah dari SD dulu. Tetap manis. :D. Dan ketika pertama berjumpa dia bilang, "udah tinggi ya sekarang." Gubrak. Emang aku dulu pendek banget yah?haha..
Oi sama temennya yang sekarang lagi kuliah di STAIN ngobrol-ngobrol sama kami bertiga sambil ditemani mercon yang mengganggu telinga. Kami bilang kalo kami mau ke Banda Aceh jalan-jalan (padahal diluar rencana). Terus mereka bilang kenapa gak ke Sabang aja kalo mau liat pemandangan. Tanggung kalo cuma sampe Banda Aceh. Oppp,, kami semua langsung merapat, dan memperhitungkan biaya sesuai arahan dari temennya Oi yang kayaknya udah berpengalaman banget. Jebret jebrot, akhirnya didapat total dana yang harus dikeluarkan menuju sabang hingga kembali ke medan adalah sekitar 263 ribu rupiah. Ok, gak masalah walaupun ibuku cuma ngasi uang 100 ribu rupiah sebelum aku pergi. Tapi aku punya uang tabungan hasil pinjaman yang jumlahnya gak jauh-jauh dari angka tadi. Ok, malam itu disaksikan Oi, temennya Oi, Dan bintang malam, kami bertekad dengan nekat, berangkat ke Sabang.
Udah agak malem, Oi pamit karena besok masuk kerja jam 7 pagi. Kami makasih banget dengan Oi yang udah banyak ngasi informasi dan tentunya bayarin minuman.huehehe.. Besok-besok ketemua lagi ya.. :D
Nah, malam itu kami istirahat lagi di rumahnya wak Faisal untuk mengumpulkan stamina karena, besok akan bergerak lagi. Ok, tujuan esok harinya adalah Lhokseumawe. Di sana kami akan menginap di rumah adik kandung Ibu saya. Aku memanggilnya Ujing Ida. Setelah sms nanya alamat dan harus turun di mana, shubuh-shubuh tanggal 19 September 2011, kami berangkat naik becak ke terminal Langsa. Shubuh di terminal setelah membeli tiket seharga 60rb naik buk Anugerah. Kami pun sedikit istirahat (red:nongkrong) di Terminal hingga bus datang.
Ok, it's time,, bus datang. Awalnya Faisal dan Rio dapat bangku tempel. tapi gak lama udah duduk di kursi empuk. Lagi kami tertidur di Bus. Untungnya tidak sampai kebablasan. Ok, kami turun di simpang kandang. Dari simpang kandang Lhokseumawe, lanjut naik becak menuju rumah Ujing Ida.
Anak Ujing Ida ada satu namanya Agung. Dulu pas terakhir ketemu, Agung masih kelas 3 SD dan masih imut-imut. Sekarang udah kelas 3 SMP dan tinggi. pokoknya udah besarlah. Wah, indahnya silaturahim :D. Jadi bisa ketemu si Agung, Ujing Ida dan Om Koko.
Karena itu tepat hari Jumat, kami sholat Jumat di Mesjid Istiqomah LNG Arun di mana dulu kira-kira 8 tahun lalu aku selalu melaksanakan sholat di sana. Kok bisa? Ya iyalah, dulu kan aku lahirnya di Lhokseumawe tepatnya di komplek LNG Arun. Makanya aku sampe sekarang masih hapal jalan-jalan di Arun, dan tentunya seluk beluknya walaupun sedikit-sedikit lupa.
Sebelumnya aku mencoba mgnhubungi beberapa temen lama, tapi tak ada yang bisa. Dan memang sebelum berangkat ke Langsa, aku udah ngasi tau temen SMA yang rumahnya di Lhok, kalo aku mau maen ke Lhokseumawe bareng kabul. Namanya Junaida Afifa, bukan nama samaran, panggilan Uun. Uun tinggal di krung geukuh. Sekarang kuliah di Universitas Indonesia, jurusan Fakultas Kedokteran. Satu kata untuk uun, wow.
Dan istimewanya, uun mau nemenin kita keliling-keliling lhokseumawe pake mobil. Asiiiikkk.. Jadilah kami keliling-keliling komplek Arun. Yang pertama kali kami kunjungi adalah rumah aku di Arun dulu. Berhenti sebentar, dan foto sekelak.
Wow, bener-bener gak ada perubahan. hanya beberapa pohon yang ditanam ayahku dulu yang sekarang makin tinggi menjulang. Seperti bernostalgia. Dulu aku, abangku, kakakku semua pernah merasakan hidup harmonis di rumah ini. Di halaman depan, setiap sore kami sering bermain bola. Abangku yang sangat hobi bermain bola selalu mengajakku bermain dan aku selalu dijadikannya kiper untuk menangkap tendangannya yang entah kemana-mana. Di belakang rumah, ayahku membuat pondok yang setiap hari Minggu, kami selalu makan bersama sambil menikmati udara segar. Ououou,, indahnya masa itu.. :D. Yang tak kalah lucu adalah ketika Ayahku pulang kerja, aku selalu bersembunyi di bawah kolong meja makan, untuk mengejutkannya ketika makan siang. Sungguh aku bahagia mempunyai keluarga seperti ini. Terimakasih ya Allah. :)
Ok setelah dari rumah lamaku, kami berjalan menuju rumah sakit yang membantu ibuku melahirkanku. Inilah dia bangunan pertama yang aku lihat di dunia.
Sama blas, juga gak ada berubahnya. Kalo masuk ke dalam, aku juga gak lupa sama ruangannya. Di mana UGD, di mana Ruang Operasi, dan di mana ruang dokter gigi. Yang pastinya terimakasih buat dokter-dokter yang udah mengobati keluargaku saat tinggal di Arun. :)
Ok, sekarang lanjut keliling-keliling Arun lagi. Uun dengan cermat menjelaskan semua-muanya tentang Arun. Banyak sebenarnya perubahan yang terjadi, hanya saja gak terlalu tampak. Contohnya sekarang udah ada pesantren dan Universitas di Arun. Wow, keren ya. :)
Nah, abis dari Arun, kami ke Rancong. Dulu kalo liburan, Ayahku juga sering mengajak kami ke Rancong bermain pasir dan mandi Laut. Benar-benar semua seperti terulang lagi. Tapi di Rancong gak sampe ngeliat lautnya. Cuma lewat, dan kahirnya tembus ke Kota Lhokseumawe. Di Kota kami ngelewatin banyak tempat termasuk pajak ikan, mall baru di aceh, dan lain-lain. dari kota kami jalan menuju Pantai Ujong Blang. Nah, di sini yang sempat foto bareng Uun. Ini dia fotonya.
Itu si Uun yang paling cantik *yaiyalah. Dan ini satu-satunya kita foto lengkap. Thanks to my tripod. :)
Udah puas liat pantai Ujong Blang. kita langsung balik menuju rumah Ujing Ida. Maklum karena belum hapal banget jalan pulang, dan si Uun juga gak tau pasti di mana simpang kandang, akhirnya kami kelewatan jauh banget. Hampir aja sampe kampung si Uun. Dan alhamdulillah yah, kami tetap sampai di rumah dengan selamat. Makasih banget ya Un.. :). Jalan-jalan gratis. Coba gak puasa, pasti kami juga dibayari makan siang. :))
Nice, buka puasa memang kami jadwalkan di rumah Ujing Ida. Segerrr,,, Lanjut tarawih di surau. Bener-bener suasana yang gak bisa diungkapkan. Suasana masih natural banget dan pastinya menambah kekhusyukan ibadah. Tapi tetep, pas delapan rakaat, kita pada cabut dan kembali istirahat karena jam 12 malam harus ke terminal lagi dan melesat menuju Banda Aceh.
Hmm.. di Banda Aceh nebeng ama siapa ya? Eits... ternyata Rio punya temen di Banda Aceh. Alhamdulillah. Setelah jalan 6 jam ke Banda, sekitar jam 6 kami tiba dengan selamat. Langsung dikerubutin tukang becak, tapi malah kami ajak ngobrol, eh ternyata si abang becak orang Medan. Sambil nongkrong di Mushola tiba-tiba temen Rio datang. Namanya Fikri. Kali ini laki-laki. Yups, dia jemput naik mobil. Kereeen. Kami langsung diajak istirahat di Rumahnya. Rumahnya besar. Adiknya juga banyak. Ada satu orang yang baru tamat SMA dan mau masuk STAN. Ok, jadinya aku cepat akrab dengan adiknya si Farul.
Setelah istirahat sejenak, kamipun diajak Fikri jalan-jalan naik motor. Pertama kami menuju kapal LTD Apung PLN yang terbawa tsunami ke tengah-tengah daratan. Ini fotonya..
Keren ya?? Ini udah jadi salah satu tempat wisata di Banda Aceh. Terus lanjut menuju mesjid Baiturahman. Subhanallah. Akhirnya saya kembali ke Mesjid ini setelah lama banget gak ke sana lagi.
Subhanallah ya.. Sesuatu banget kan? Ini kami foto bareng di sana..
Yang paling kanan itu Fikri. iya yang pake baju oranye. Alhamdulillah, setelah menyempatkan sholat di Mesjid yang berdiri tegak ketika tsunami menghadang ini, kamipun segera menuju museum Tsunami Aceh.
Design bangunan yang sangat artistik ini berisi benda-benda bekas tsunami. Replika terjadinya tsunami. Audio visual tentang mengapa bisa terjadi tsunami. Dan bioskop 4D tentang kejadian tsunami di Aceh. Karena belum resmi dibuka oleh bapak gubernur, kami tidak bisa menikmati bioskop ini. Enaknya, kita tidak dipungut biaya sama sekali di sana. :)
Udara yang panas cukup membuat kami ingin segera pulang ke rumah Fikri. Dan sesuai rencana, siangnya kami langsung bergerak ke pelabuhan Ulele menuju Sabang. Hmm.. sudah selangkah lagi menuju Sabang. Dan di sanalah kami sama sekali tidak punya kenalan. Sabang adalah tempat bertualang sesungguhnya.
Setelah berpamitan, kami diantar menuju pelabuhan Ulele oleh si Farul. Jam 15.30 kapal cepat berangkat. Tiketnya 45 ribu rupiah per orang khusus untuk pelajar dan mahasiswa. Syaratnya harus fotokopi kartu ID. Rio dan Faisal pun berangkat ke fotokopi terdekat. Nah, karena tarif becak di Banda Aceh sangat mahal, jadilah mereka meminjam motor pak Satpam pelabuhan Ulele. Dan pak Satpam memberinya dengan senang hati dan lapang dada. Mudah-mudahan kebaikannya dibalas oleh Allah.
Waktu menuju Sabang dari pelabuhan Ulele sekitar 45 menit. Sebenarnya ada alternatif pilihan menuju Sabang dengan biaya yang lebih murah yaitu 20 ribu rupiah. Namanya kapal Lambat. Ini memakan waktu sekitar dua jam. Karena Rio salah beli tiket, akhirnya kamipun naik kapal cepat menuju Sabang.
Di pelabuhan udah banyak turis asing yang bertengger. Dan 45 menit di kapal terasa sangat cepat karena kami tertidur.hehehe.
Ok, sama sekali kami tidak menyangka kalau ini adalah sabang. Opp, tunggu dulu, ini bukan Sabang. Ini masih pelabuhannya. Setelah bertanya kepada kakak-kakak yang katanya orang sabang, katanya tempat yang bagus itu di Gapang. Dan itu masih harus berjalan sekitar satu jam lagi dari pelabuhan Pulau Weh ini. Aih mak,, ini diluar target. Ok, kami memutuskan untuk melihat-lihat sekitar dan berpikir akan jadi apa di Pulau ini.
Seketika kamipun diserbu para tukang ojek, dan Jasa transportasi lainnya. Jujur kami tidak menganggarkan dana untuk transport ini. Perkiraan kami, setelah sampai di pelabuhan, itulah Sabang. Itulah pantai yang terkenal Indah. Tapi ternyata bukan.pulau ini luas. Banyak tempat yang bisa dikunjungi. Ada Gapang seperti yang disebut oleh kakak tadi. Ada Iboih, ada Sabang, ada KM 0, dan ada yang lain lagi.
Sumpah, pengalaman terpahit adalah ketika negoisasi dengan seluruh tukang ojek. 3 lawan 20 orang mungkin. Semua bicara, semua nawarin jasanya. Kami tawar sejadi-jadinya. Karena udah makin sore, mereka juga makin bertingkah. Ibarat mereka punya bargaining position, harga gak mau turun, malah makin naik. Kalau saja dosa itu gak ada, udah kucelupkan mereka satu-satu ke laut. Bising kali pulaknya. Astagfirullah.
Dan akhirnya kami sepakat menyewa ojek, dengan biaya 50 ribu per orang. Buset dah, mahal woy. Udah kayak biaya dari lhokseumawe ke Medan aja. Memang perjalanannya curam. Berkelok-kelok, naik turun. Hampir satu jam kami sampai ke Gapang. Kalo dilihat-lihat, di sini gak ada mesjid. Di mana kami nginap? :))
Ok, akhirnya kami diantar ke Iboih yang ada mesjidnya. Nice,, tempat nginap udah aman. Kami sampai di Iboih dengan selamat. Tapi asli, saya tidak lagi punya uang. ATM adanya di Kota. Dan harus jalan sekitar satu jam lebih lagi ke sana. Untung Faisal masih punya persediaan uang. Kali ini benar-benar prihatin. Kami berbuka dengan aqua dan wafer kacang. udah itu aja. Makan malam pun tidak ada. Kami sholat maghrib, dan sambil menunggu isya, kami melihat indahnya malam di Iboih, Sabang. Begitu banyak bertaburan bintang di langit. Suara ombak yang berderit menambah indahnya malam itu.
Kami termenung, sembari mengingat, wah, bisa juga kita sampai sini. Ujung Indonesia. Ya, inilah sabang yang selalu disebut-sebut dalam lagu. dari Sabang sampai Mereuke, berjejer pulau-pulau.
Adzan terdengar, kami langsung sholat isya dan dilanjutkan dengan tarawih. Sehabis taraweh, kami deserang kantuk yang luar biasa. Tapi kami melanjutkan dengan tadarus bersama. sampai jam 11, kami masih tadarus. Alhamdulillah, tiba-tiba ada yang mengantar makanan dan cappucino. Banyak banget. Dan kebetulan peserta tadarus tinggal kami bertiga. Sikaaaaaaaaaattt!!!
Wow, kenyang alhamdulillah. Dan gak lama, datang lagi beberapa penduduk setempat yang ikut tadarusan sambil makan kue bareng. Enak enak..hehehe
Udah pukul 12 lewat, kami menyudahi tadarusan. Lampu kami matikan, dan sarung kami bentangkan. Sahur?? Tenang, Rio udah meminta kepada warung sebelah untuk menyediakan sahur dengan biaya sepuluh ribu per orang. Tergolong murah untuk lauk ikan dan sayur bayem.
Kami tertidur pulas bukan karena nyaman, tapi karena kecapaian. Sumpah badan terasa pegal-pegal. Jalan terus coy... Cemana gk pegal. Untung sahur gak kebablasan. Abis sahur, kami langsung ke mesjid lagi untuk menunaikan sholat shubuh. Dan setelah itu langsung keluar melihat sunrise di ujung laut.
Subhanallah. Bagus sekali. Ini baru namanya Sabang. kami sempat foto-foto dan buat video.
Gimana? Sesuatu banget yah? Iya dong. Siluet yang sengaja diambil dengan tripod ini setidaknya menggambarkan keceriaan kami semua. Ya, inilah kabul goes to Sabang. :)
Paginya sekitar pukul tujuh, kami menyewa alat snorkling yang cukup murah karena penyewanya adalah temen tadarusan tadi malam. Alhamdulillah kami bisa menyewa dua item dengan harga 20 ribu rupiah. Padahal satu itemnya seharga 10 ribu rupiah. Lumayan hemat 10 ribu.
Sumpah, baru kali itu aku ngeliat ikan-ikan bergerombolan di tengah-tengah batu karang secara langsung. Subhanallah. Sayang gak bisa foto karena takut kamera basah. :D
Dan ini foto narsis saya pake peralatan snorkling.hehehe. Abis snorkling kita jalan-jalan keliling iboih, Sabang, dan dapet foto-foto super menurut saya. Memang Sabang gak ada matinya. Airnya jernih banget... :)
pas minum teh manis sama ponakan ada yang nanya, anaknya bang?
Gimana? Saya pribadi seneng banget ngeliatnya.. Cantik ya??? Pada pengen ke Sabang kan? Ayo ke visit Sabang. InsyaaLlah gak nyesel.hehe
Pagi jam 10an kami udah dijemput abang ojek lagi menuju pelabuhan, karena kami hari itu juga mau pulang ke Medan. Lagi kami bermasalah dengan para tukang ojek. Mereka cuma jemput naik dua motor. Ebuset, mau tarik tiga? mana jalanan curam banget. Tapi yaudahlah, daripada gak pulang?
Akhirnya kami tarik tiga. Dan di tengah jalan si Iwan (nama tukang ojeknya) ngulah. Katanya mesinnya udah bau. Padahal gak ada. Lontong memang. Dan dia semena-mena berhenti di tengah jalan. Diturunin si Faisal di tengah Jalan. Sampai simpang, Faisal dijemput lagi. Asli rebek coy. Pindah-pindah motor gak jelas. Dan setelah sampai di pelabuhan, sialnya mereka malah minta 200 ribu. Astaghfirullah. Rio langsung emosi dan marah-marah ke Iwan dan kawannya. Baru liat awak Rio emosi manis juga. *ohok-ohok.
Ok, karena saya gak ambil pusing dan berpikiran tenang. Akhirnya saya ngomong baik-baik dan menjelaskan dengan santun. Setelah lama bernegoisasi (lagi), tarif tetap 50 ribu per orang. Seharusnya kurang dari itu memang, cuma karena lagi malas berdebat, ya sudalah, ikhlaskan saja. Sembari saya ngomong, "Ya udahlah bang, ini kami bayar 150 ribu. Transaksi ini dilihat oleh Allah. Allah yang menilai ini pantas apa enggak." Sejenak mereka terdiam, dan kami langsung pergi mesen tiket.
Gak sampai di situ, ternyata kapal lambat pun udah gak ada lagi. Ebuset, siaaaaall.. Akhirnya kami beli tiket kapal cepat lagi. Gubrak... Kayak orang elit aja naik yang mahalan.
Sampai di pelabuhan Ulele, Banda, kami dijemput Fikri lagi. Emang fikri t.o.p banget dah. Sumpah baik banget. Kami dijamu untuk kedua kalinya di rumahnya lagi. Kami buka puasa dan makan malam di Rumah Fikri. Suueerr,, enak banget masakan mamanya. Khas Aceh. Ada ikan pepes, dan bubur aceh. enak enak enak. Sluruuupp...
Dan lagi-lagi, malamnya kami pamitan langsung. Mama fikri ngasi kita oleh-oleh singlet. Alhamdulillah banget yah. :D
Hufftt,, setelah dianterin lagi ke terminal sama Adik Fikri karena waktu itu Fikri lagi buka bersama dengan temen SMP nya, kita mesen tiket Bus langsung menuju Medan. Harga tiket 125 ribu rupiah. Ok, ini perjalanan kita terakhir bertualang selama liburan. Kita dengan ikhlas menaiki Bus Pelangi menuju Medan. Bismillah, Alhamdulillah.
Terimakasih semuanya. Atas tumpangan-tumpangan yang diberikan. Atas makanan yang disajikan. Semua Serba enak. Sumpah enak banget.
Perjalanan kabul yang tak terlupakan. Perjalanan yang punya makna. Perjalanan yang selalu bisa diceritakan setiap waktu. Besok, lusa atau bahkan ketika tua nanti. :D
Semoga Kabul terus bertualang mengelilingi Indonesia, berkelana menuju dunia. :D
wak... mantap kali, aku mau buat juga lah..
BalasHapus"Alhamdulillah kami bisa menyewa dua item dengan harga 20 ribu rupiah. Padahal satu itemnya seharga 10 ribu rupiah. Lumayan hemat 10 ribu." kok saya gak ngerti bagian ini kak -_-a?
BalasHapusCantik banget foto-fotonya...
mauuuu..seandainya aku juga ada yang ngajakin, kalo sempet juga, pasti ikut.. ;9
BalasHapusSubhanallah... foto2 yang paling bawah keren bangettttt
BalasHapus@irvanda
BalasHapussalah ketik itu... seharusnya harga per item 15 ribu..
@anazkia
hhe.. makasih... kapan2 aku ke malaysia ajak2 hunting foto yah.hhe
luar biasa!! bagus2.. btw kalau kau mau, Mei aku ke Kerinci mungkin bisa ambil objek poto disana kau Id.. cuma akomodasi tanggung sendiri ya haha..
BalasHapus@Erikson
BalasHapusWah boleh tu bang,, tapi kalo gak bentrok ama kuliah aja..hhe