Apakah dengan mempunyai kartu tanda mahasiswa sudah dikatakan sebagai seorang mahasiswa? Atau seseorang yang memiliki jas almamater juga sudah bisa dikatakan mahasiswa? Jawabannya adalah tidak. Identitas mahasiswa bukanlah mempunyai kartu tanda mahasiswa, atau jas almamater. Jika mahasiswa yang anda maksud adalah demikian, berarti pemahaman anda tentang mahasiswa belum sempurna.
Tidak dipungkiri bahwa setiap mahasiswa pasti memiliki tanda pengenal. Namun pengertian yang saya maksud di sini adalah mahasiswa secara nasionalis atau menyeluruh. Yaitu bukan sekedar mahasiswa yang mengandalkan pakaian ataupun pengakuan, tapi mahasiswa yang memiliki jati diri sebagai tonggak kekuasaan bangsa.
Jika kita mengingat perjuangan mahasiswa di akhir orde baru, maka kita akan berdecak kagum dan salut. Bagaimana tidak, tindakan mereka menunjukkan bahwa mahasiswa peka terhadap kekeliruan perjalanan roda pemerintahan. Ketika ada penyelewengan kekuasaan, mahasiswa gerah dan resah. Semua bersatu menyerukan kebenaran. Penuntutan reformasi pun dilakukan. Walaupun harus ada nyawa yang dikorbankan, semua berjalan sesuai harapan. Inilah kekuatan mahasiswa yang sebenarnya.
Tugas mahasiswa bukan hanya datang ke kelas untuk mencapai IP yang tinggi, tapi juga datang ke lintasan pemerintahan menuju kekuatan yang serentak. Mahasiswa dianggap mempunyai intelegensi untuk senantiasa kritis atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Di dalam kelompok masyarakat, mahasiswalah yang mempunyai tingkat pendidikan tertinggi. Mahasiswa merasakan bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jadi masihkah ia tidak mengerti akan keteledoran bangsa?
Ketika kita bertanya tentang siapa yang benar, saya menganggap bahwa yang mampu menilainya adalah mahasiswa. Mengapa? Mahasiswa tidak memiliki kepentingan lain selain memajukan bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik. Tidak seperti orang-orang kebanyakan yang sedang duduk sebagai perwakilan rakyat saat ini. Mereka sudah dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang tidak didasari pada kesejahteraan rakyat. Banyak yang tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang yang dikatakan perwakilan, malah
mengalihfungsikan sebagai penipuan. Sungguh ironis kenyataan yang terjadi.
Lalu bagaimanakah agar mahasiswa tetap peka terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan? Caranya adalah dengan menanamkan rasa semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi. Kata mengawal di sini dimaksudkan bahwa kita sebagai mahasiwa secara tidak langsung dipercayakan untuk mendampingi sistem pemerintahan yang ada. Ibarat sebuah mesin, jika dipadukan oleh pengawalan serta pengawasan oleh seorang ahli mesin, maka bisa dijamin bahwa mesin tersebut akan terus bekerja sesuai dengan fungsinya. Seperti itu juga sistem pemerintahan kita. Mahasiswa dituntut untuk memahami kinerja yang ada. Bagaimana mungkin kita bisa mengawasi sesuatu yang tidak kita ketahui sistematikanya? Maka dari itu, seorang pengawal dan pengawas yang baik adalah yang mengerti akan dinamika kenegaraan suatu bangsa. Siapakah itu? Tentunya mahasiswa.
Pada dasarnya ada tiga hal yang mencirikan apakah kita sudah layak dikatakan sebagai mahasiswa atau belum. Yang pertama adalah bahwa mahasiswa harus mampu menjadi agent of social control atau penyampai kebenaran. Kejujuran dan integritas sangat diuji dalam hal ini. Memang pada dasarnya kebenaran itu hanya datang dari Tuhan yang Maha kuasa. Namun kita sebagai manusia diberikan akal pikiran untuk menentukan mana yang baik dan buruk. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa butuh bersatu untuk mencapai kesepakatan dalam pencapaian misi menjadi agent of control.
Berikutnya yang kedua adalah mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang agent of change atau agen perubahan. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah pergerakan menuju yang lebih baik. Selain sebagai pengawal dan pengawas, kita juga dituntut untuk memberikan solusi atas timbulnya permasalahan. Untuk menjadi seorang agen perubahan tidaklah mudah. Harus ada langkah-langkah konkrit yang kita lakukan. Pengujian hipotesa, serta observasi yang runtun juga tak boleh ditinggalkan. Inilah tantangan kita untuk mewujudkan makna dari mahasiswa yang sebenarnya.
Yang terakhir adalah mahasiswa sebagai iron stock atau generasi penerus. Tidak bisa dihindari bahwa kita sebagai mahasiswa mau tidak mau akan menjadi pengisi pondasi kekuasaan mendatang. Seiring berjalannya waktu kita akan terposisikan sebagai seorang yang harus mencetuskan keputusan, tidak lagi sebagai objek kekuasaan. Coba bayangkan bagaimana bila tiang kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang berlabelkan mahasiswa asal jadi? Atau orang-orang yang tidak memiliki integritas, kejujuran dan budi pekerti? Tentunya kehancuran akan terus mendekat kepada kita. Agar tidak terjadi hal demikian, maka sudah sepatutnya kita menjadi seorang mahasiswa yang merangkap sebagai agent of control, agent of change & iron stock.
Untuk memenuhi unsur-unsur di atas seorang mahasiswa harus memiliki kekuatan softskill yang cukup. Diantaranya yang pertama adalah manajemen waktu. Tidak terlepas dari keberhasilan seorang mahasiswa, bahwa manajemen waktu merupakan salah satu penentunya. Mereka yang berhasil mengatur waktu dengan baiklah yang memenangkan kompetisi menjadi mahasiswa sebenarnya. Berikutnya adalah leadership atau kepemimpinan. Ini sudah menjadi makanan pokok bagi setiap mahasiswa. Kemampuan dalam mengorganisir serta mengambil keputusan adalah tonggak menjadi seorang yang teguh dalam hal leadership. Selain itu adalah percaya diri dan akhlak yang baik. Ini juga cukup memiliki peranan penting dalam pencapaian kesuksesan sebagai perwujudan seorang mahasiswa. Maka dari itu, mari kita bersama membangun unsur-unsur di atas untuk mencapai jati diri sebagai mahasiswa yang mampu menjadi penerus bangsa.
Jika ciri dan unsur di atas mampu kita jalani, maka saya yakin akan masa depan bangsa ini. Kemakmuran dan kesejahteraan akan terlaksana di bawah pengendalian orang-orang yang memiliki integritas dan kejujuran. Jadi, tunggu apalagi? Koreksi dirimu dan penuhi ambisimu untuk menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya.
Selamat menjadi seorang mahasiswa!
Jika kita mengingat perjuangan mahasiswa di akhir orde baru, maka kita akan berdecak kagum dan salut. Bagaimana tidak, tindakan mereka menunjukkan bahwa mahasiswa peka terhadap kekeliruan perjalanan roda pemerintahan. Ketika ada penyelewengan kekuasaan, mahasiswa gerah dan resah. Semua bersatu menyerukan kebenaran. Penuntutan reformasi pun dilakukan. Walaupun harus ada nyawa yang dikorbankan, semua berjalan sesuai harapan. Inilah kekuatan mahasiswa yang sebenarnya.
Tugas mahasiswa bukan hanya datang ke kelas untuk mencapai IP yang tinggi, tapi juga datang ke lintasan pemerintahan menuju kekuatan yang serentak. Mahasiswa dianggap mempunyai intelegensi untuk senantiasa kritis atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Di dalam kelompok masyarakat, mahasiswalah yang mempunyai tingkat pendidikan tertinggi. Mahasiswa merasakan bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jadi masihkah ia tidak mengerti akan keteledoran bangsa?
Ketika kita bertanya tentang siapa yang benar, saya menganggap bahwa yang mampu menilainya adalah mahasiswa. Mengapa? Mahasiswa tidak memiliki kepentingan lain selain memajukan bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik. Tidak seperti orang-orang kebanyakan yang sedang duduk sebagai perwakilan rakyat saat ini. Mereka sudah dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang tidak didasari pada kesejahteraan rakyat. Banyak yang tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang yang dikatakan perwakilan, malah
mengalihfungsikan sebagai penipuan. Sungguh ironis kenyataan yang terjadi.
Lalu bagaimanakah agar mahasiswa tetap peka terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan? Caranya adalah dengan menanamkan rasa semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi. Kata mengawal di sini dimaksudkan bahwa kita sebagai mahasiwa secara tidak langsung dipercayakan untuk mendampingi sistem pemerintahan yang ada. Ibarat sebuah mesin, jika dipadukan oleh pengawalan serta pengawasan oleh seorang ahli mesin, maka bisa dijamin bahwa mesin tersebut akan terus bekerja sesuai dengan fungsinya. Seperti itu juga sistem pemerintahan kita. Mahasiswa dituntut untuk memahami kinerja yang ada. Bagaimana mungkin kita bisa mengawasi sesuatu yang tidak kita ketahui sistematikanya? Maka dari itu, seorang pengawal dan pengawas yang baik adalah yang mengerti akan dinamika kenegaraan suatu bangsa. Siapakah itu? Tentunya mahasiswa.
Pada dasarnya ada tiga hal yang mencirikan apakah kita sudah layak dikatakan sebagai mahasiswa atau belum. Yang pertama adalah bahwa mahasiswa harus mampu menjadi agent of social control atau penyampai kebenaran. Kejujuran dan integritas sangat diuji dalam hal ini. Memang pada dasarnya kebenaran itu hanya datang dari Tuhan yang Maha kuasa. Namun kita sebagai manusia diberikan akal pikiran untuk menentukan mana yang baik dan buruk. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa butuh bersatu untuk mencapai kesepakatan dalam pencapaian misi menjadi agent of control.
Berikutnya yang kedua adalah mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang agent of change atau agen perubahan. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah pergerakan menuju yang lebih baik. Selain sebagai pengawal dan pengawas, kita juga dituntut untuk memberikan solusi atas timbulnya permasalahan. Untuk menjadi seorang agen perubahan tidaklah mudah. Harus ada langkah-langkah konkrit yang kita lakukan. Pengujian hipotesa, serta observasi yang runtun juga tak boleh ditinggalkan. Inilah tantangan kita untuk mewujudkan makna dari mahasiswa yang sebenarnya.
Yang terakhir adalah mahasiswa sebagai iron stock atau generasi penerus. Tidak bisa dihindari bahwa kita sebagai mahasiswa mau tidak mau akan menjadi pengisi pondasi kekuasaan mendatang. Seiring berjalannya waktu kita akan terposisikan sebagai seorang yang harus mencetuskan keputusan, tidak lagi sebagai objek kekuasaan. Coba bayangkan bagaimana bila tiang kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang berlabelkan mahasiswa asal jadi? Atau orang-orang yang tidak memiliki integritas, kejujuran dan budi pekerti? Tentunya kehancuran akan terus mendekat kepada kita. Agar tidak terjadi hal demikian, maka sudah sepatutnya kita menjadi seorang mahasiswa yang merangkap sebagai agent of control, agent of change & iron stock.
Untuk memenuhi unsur-unsur di atas seorang mahasiswa harus memiliki kekuatan softskill yang cukup. Diantaranya yang pertama adalah manajemen waktu. Tidak terlepas dari keberhasilan seorang mahasiswa, bahwa manajemen waktu merupakan salah satu penentunya. Mereka yang berhasil mengatur waktu dengan baiklah yang memenangkan kompetisi menjadi mahasiswa sebenarnya. Berikutnya adalah leadership atau kepemimpinan. Ini sudah menjadi makanan pokok bagi setiap mahasiswa. Kemampuan dalam mengorganisir serta mengambil keputusan adalah tonggak menjadi seorang yang teguh dalam hal leadership. Selain itu adalah percaya diri dan akhlak yang baik. Ini juga cukup memiliki peranan penting dalam pencapaian kesuksesan sebagai perwujudan seorang mahasiswa. Maka dari itu, mari kita bersama membangun unsur-unsur di atas untuk mencapai jati diri sebagai mahasiswa yang mampu menjadi penerus bangsa.
Jika ciri dan unsur di atas mampu kita jalani, maka saya yakin akan masa depan bangsa ini. Kemakmuran dan kesejahteraan akan terlaksana di bawah pengendalian orang-orang yang memiliki integritas dan kejujuran. Jadi, tunggu apalagi? Koreksi dirimu dan penuhi ambisimu untuk menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya.
Selamat menjadi seorang mahasiswa!
Id dan almamater itu hanya sebagai identitas formal , tapi banyak yang bangga tentang hal itu saja.
BalasHapusmahasiswa adalah siswa yg mempunyai kelebihan dalam saftskillnya dan leadershipnya.
sambil ijin follow sob, salam kenal dan salam super sukses
@Nyach
BalasHapusbetul tuh.. intinya kemampuan..
makasih sob... :D
saya setuju, tapi satu hal lagi, jiwa muda msh memiliki gelora yg menggebu - gebu, kadang predikat mahasiswa sbg agent of social control atau sebagai agent of change tercoreng oleh aksi2 anarkisme dalam unjuk rasa, pengendalian diri sgt penting perannya...
BalasHapussukses yah sob...!
Salam Hangat
BalasHapusBila ingin tahu tentang seluk beluk Dunia Tinta Cetak ... Silahkan berkunjung balik
Terima Kasih
@Indra
BalasHapusyah,, control diri sangat penting untuk hal itu mas..
makasih mas! sukses juga!
@Kulitintacetak
BalasHapusmenuju TKP!
ucapan terima kasih dan seLamat bagi para mahasiswa yang teLah peduLi dan memajukan bangsa ini.
BalasHapusLainnya oh no....
@om_rame
BalasHapusyah mudah2an semakin banyak mahasiswa yang peduli om!
tapi kalo mahasiswa yang sering demo termasuk udah peduli ama keadaan bangsa gag?
BalasHapusyah, tergantung aksinya gimana.. kalo aksinya malah rusuh itu juga salah..
BalasHapussemua yang teLah baca artikeL ini adaLah mahasiswa, caLon mahasiswa, dan mantan mahasiswa yang peduLi terhadap bangsa ini tanpa pamrih.
BalasHapussaya bukan seorang mahasiswa, dibilang mahasiswa karena kuliah ya? bagus tindakan mahasiswa mengontrol jalannya pemerintahan...asal jangan sampai dimanfaatkan oleh kelompok atau golongan yang tidak membela rakyat...itu saja..hehe
BalasHapus@om_rame
BalasHapusyah... setuju om... harus peduli dengan bangsa ini.. :D
@gyant
BalasHapusyah seperti kata om_rame mungkin agan calon atau mantan mahasiswa.. :D
mudah2an tidak seperti yang dikhawatirkan.. :)
aku punya id mahasiswa, aku juga punya almamater, tapi aku juga gak tahu apakah aku sudah memenuhi kriteria menjadi mahasiswa, lebih tepatnya mungkin mahasiswa ideal... *bingung*
BalasHapus@Naila
BalasHapusMemiliki rasa peduli terhadap bangsa sekecil adalah kontribusi tersendiri sebagai seorang mahasiswa.. :D
selama jadi mahasiswa...idealisme, begitu lepas, tak tahu laah ^_^
BalasHapus@aryadevi
BalasHapushmm.. gak apa sih kalo lepas.. asal tetap terkendali.. :D