"Tidak ada yang kudapat di perkuliahan kali ini". Ya, kalimat tersebutlah yang membuat saya ingin beropini di media ini. Sebuah kalimat yang menurut saya cukup kontroversial dan menarik untuk dibahas lebih lanjut. Pantaskah seorang mahasiswa mengatakan hal demikian? Apakah latar belakang munculnya pertanyaan seperti itu? Kira-kira, hal itulah yang ingin saya paparkan saat ini.
Di dalam perkuliahan memang sering terjadi hal-hall aneh antara dosen dan mahasiswa. Berbagai metode telah diterapkan di setiap perguruan tinggi. Mulai metode tradisional sampai professional. Kalau kata dosen saya, Metode tradisional adalah dimana mahasiswa hanya sebagai penerima, dan dosenlah sebagai pemberi. Namun metode professional berbicara lain. Bahwa dosen hanya sebagai mediator, dan pelurus atas problem dan solusi yang diberikan mahasiswa. Jadi metode professional menuntut peserta didik untuk senantiasa aktif dalam proses perkuliahan. Tidak hanya itu, mahasiswa juga kerap dituntut agar bisa lebih dari dosen. Baik secara pengetahuan akademik ataupun pengetahuan umum. Nah, inilah salah satu tantangan kita sebagai mahasiswa sejati.
Namun ketika ada seorang dosen mengajar suatu mata kuliah dengan kualitas/kapasitas yang pas-pasan, apakah mahasiswa behak mengatakan, "Tidak ada yang kudapat di perkuliahan kali ini?" Tentu tidak. Sebab, kita bukanlah mahasiswa tahun jebot. Kita bukan mahasiswa yang hanya mengharapkan sesuatu dari dosen dengan tidak mengembangkan kreatifitas sendiri. Akan menjadi sebuah guyonan ketika kita melihat mahasiswa 2010 menerapkan sistem kupu-kupu, kuliah pulang, kuliah pulang.
Lalu bagaimana jika ada dosen tak siap pakai? Apakah kita sebagai mahasiswa tidak boleh kecewa? Saya pribadi mengatakan boleh. Sebab ini merupakan salah satu kesalahan rakyat Indonesia yang mengaggap bahwa tenaga pengajar bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Sehingga ada guyonan, "kalau mau gaji kecil, jadilah guru!" Sungguh pilu kita melihat keadaan ini. Bagaimana kita mau menjadi negara yang makmur dan sejahtera tanpa ada guru, dosen, ahli, pakar ataupun professor? Apakah kemakmuran dan kesejahteraan itu muncul tiba-tiba dari langit? Tentu semua itu akan terwujud jika kita mau merubah keadaan kita sendiri. Lalu, patutkah kita sebgai mahasiswa membiarkan kekecewaan itu berlarut-larut? Sekarang giliran anda menjawabnya.
Namun ketika ada seorang dosen mengajar suatu mata kuliah dengan kualitas/kapasitas yang pas-pasan, apakah mahasiswa behak mengatakan, "Tidak ada yang kudapat di perkuliahan kali ini?" Tentu tidak. Sebab, kita bukanlah mahasiswa tahun jebot. Kita bukan mahasiswa yang hanya mengharapkan sesuatu dari dosen dengan tidak mengembangkan kreatifitas sendiri. Akan menjadi sebuah guyonan ketika kita melihat mahasiswa 2010 menerapkan sistem kupu-kupu, kuliah pulang, kuliah pulang.
Lalu bagaimana jika ada dosen tak siap pakai? Apakah kita sebagai mahasiswa tidak boleh kecewa? Saya pribadi mengatakan boleh. Sebab ini merupakan salah satu kesalahan rakyat Indonesia yang mengaggap bahwa tenaga pengajar bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan. Sehingga ada guyonan, "kalau mau gaji kecil, jadilah guru!" Sungguh pilu kita melihat keadaan ini. Bagaimana kita mau menjadi negara yang makmur dan sejahtera tanpa ada guru, dosen, ahli, pakar ataupun professor? Apakah kemakmuran dan kesejahteraan itu muncul tiba-tiba dari langit? Tentu semua itu akan terwujud jika kita mau merubah keadaan kita sendiri. Lalu, patutkah kita sebgai mahasiswa membiarkan kekecewaan itu berlarut-larut? Sekarang giliran anda menjawabnya.
0 comments:
Silakan dikomentari ya. Klik subscribe by email untuk notifikasi balasan. Terimakasih.