Sependapatkah anda dengan judul di atas? Jika ya, berarti anda adalah orang-orang yang benar. Namun jika tidak, berarti anda belum menemukan kebenaran. Dan apabila anda tidak menginginkan kebenaran menemui anda, saya tidak menyarankan anda untuk membaca artikel ini.
Kebiasaan mahasiswa membicarakan IPK ini perlu diklarifikasi mengingat banyaknya pola pikir yang salah terhadap IPK. IPK hanyalah ukuran fisik dalam sebuah kapasitas pendidikan seseorang di pendidikan tinggi. IPK hanya standar yang tak bisa dijadikan acuan dalam mengambil keputusan atas kemampuan seseorang. Ingatlah, IPK bukan segalanya dan jangan pernah menyatakan segalanya bisa berawal dari IPK. Jadi apakah IPK itu tidak penting? Tentunya saya tidak mengatakan demikian.
IPK itu penting. Namun di balik kepentingannya itu masih ada yang jauh lebih prioritas. Karena IPK tinggi tidak menjamin seorang mahasiswa bisa sukses atau tidak. IPK tinggi tidak bisa dijadikan ukuran atas keberhasilan seseorang di bangku perkuliahan. Keberhasilan hanya dalam bidang hardskill sesungguhnya adalah kegagalan dalam pencapaian atas label mahasiswa sejati. Sebab mahasiswa sejati adalah mahasiswa yang handal dalam bidang hardskill maupun softskill.
Saya pernah mendengar pernyataan yang sepertinya sesuai dengan masalah ini. “Orang-orang yang memiliki kemampuan softskill yang baik adalah orang-orang yang menempati urutan IPK menengah ke atas. Dan yang menempati urutan IPK menengah ke bawah adalah selain orang-orang itu”. Ini adalah pernyataan yang memang telah terjadi bahkan sampai saat ini. Lalu siapakah orang-orang yang memiliki kemampuan softskill yang baik tersebut? Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menorehkan namanya di dalam organisasi atau elemen kemahasiswaan. Yaitu mereka yang memiliki kemampuan komunikasi yang super.
Lalu apa hubungan antara komunikasi, organisasi dan IPK? Jelas sangat berhubungan. Organisasi menuntut kita untuk selalu berkomunikasi terhadap siapapun. Karena dengan komunikasi yang baiklah akan tercipta suatu organisasi yang kuat dan kokoh. Liat saja organisasi dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka bisa kuat karena adanya komunikasi yang baik antar negara di seluruh penjuru dunia. Nah, dengan kebiasaan berorganisasi inilah akan timbul kemampuan komunikasi yang baik.
Lantas bagaimana dengan IPK? Pernahkah anda mengenal ada seorang yang cakap dalam komunikasi namun lemah dalam hal akademik? Sungguh sulit membuktikannya. Orang-orang organisasi yang saya maksud di atas adalah orang-orang yang memiliki relasi serta jaringan yang sangat luas. Dengan sendirinya ia akan tahu akan perkembangan yang ada. Dan pada prinsipnya, organisasi tak pernah mengajarkan untuk bertindak bodoh. Tapi organisasi mengajarkan untuk berbuat cepat dan tepat. Nah, dengan modal besar itulah ia dapat mencapai jumlah IPK yang bisa dibilang memuaskan.
Sekarang saatnya saya menyerahkan kepada anda untuk memutuskan suatu hal terhadap masalah berikut. Anda adalah seorang pimpinan perusahaan. Saat ini adalah saat yang tepat untuk mencari pengganti atas posisi anda. Melalui proses seleksi yang panjang, akhirnya terpilihlah 2 calon definitif yang akan dijadikan pengganti anda. Orang pertama adalah seorang lulusan S1 yang memiliki IPK 3.9 tapi tidak memiliki pengalaman organisasi apapun. Cara bicara dan penampilannya sangat menunjukkan bahwa ia adalah seorang kutu buku yang kuper. Lalu orang kedua adalah seorang lulusan S1 dengan IP 3.0 namun memiliki pengalaman organisasi segudang. Jiwa leadership sudah terpancar dari gaya bicara, penampilan dan tatapan matanya. Pertanyaannya, orang keberapa yang anda pilih untuk menggantikan posisi anda sebagai pimpinan perusahaan? Jika anda memilih orang pertama, berarti sampai saat ini anda belum menemukan kebenaran yang saya maksud.
Nb : tulisan ini saya dedikasikan untuk berpartisipasi dalam acara BEM STAN Blog Competition. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
IPK itu penting. Namun di balik kepentingannya itu masih ada yang jauh lebih prioritas. Karena IPK tinggi tidak menjamin seorang mahasiswa bisa sukses atau tidak. IPK tinggi tidak bisa dijadikan ukuran atas keberhasilan seseorang di bangku perkuliahan. Keberhasilan hanya dalam bidang hardskill sesungguhnya adalah kegagalan dalam pencapaian atas label mahasiswa sejati. Sebab mahasiswa sejati adalah mahasiswa yang handal dalam bidang hardskill maupun softskill.
Saya pernah mendengar pernyataan yang sepertinya sesuai dengan masalah ini. “Orang-orang yang memiliki kemampuan softskill yang baik adalah orang-orang yang menempati urutan IPK menengah ke atas. Dan yang menempati urutan IPK menengah ke bawah adalah selain orang-orang itu”. Ini adalah pernyataan yang memang telah terjadi bahkan sampai saat ini. Lalu siapakah orang-orang yang memiliki kemampuan softskill yang baik tersebut? Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menorehkan namanya di dalam organisasi atau elemen kemahasiswaan. Yaitu mereka yang memiliki kemampuan komunikasi yang super.
Lalu apa hubungan antara komunikasi, organisasi dan IPK? Jelas sangat berhubungan. Organisasi menuntut kita untuk selalu berkomunikasi terhadap siapapun. Karena dengan komunikasi yang baiklah akan tercipta suatu organisasi yang kuat dan kokoh. Liat saja organisasi dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka bisa kuat karena adanya komunikasi yang baik antar negara di seluruh penjuru dunia. Nah, dengan kebiasaan berorganisasi inilah akan timbul kemampuan komunikasi yang baik.
Lantas bagaimana dengan IPK? Pernahkah anda mengenal ada seorang yang cakap dalam komunikasi namun lemah dalam hal akademik? Sungguh sulit membuktikannya. Orang-orang organisasi yang saya maksud di atas adalah orang-orang yang memiliki relasi serta jaringan yang sangat luas. Dengan sendirinya ia akan tahu akan perkembangan yang ada. Dan pada prinsipnya, organisasi tak pernah mengajarkan untuk bertindak bodoh. Tapi organisasi mengajarkan untuk berbuat cepat dan tepat. Nah, dengan modal besar itulah ia dapat mencapai jumlah IPK yang bisa dibilang memuaskan.
Sekarang saatnya saya menyerahkan kepada anda untuk memutuskan suatu hal terhadap masalah berikut. Anda adalah seorang pimpinan perusahaan. Saat ini adalah saat yang tepat untuk mencari pengganti atas posisi anda. Melalui proses seleksi yang panjang, akhirnya terpilihlah 2 calon definitif yang akan dijadikan pengganti anda. Orang pertama adalah seorang lulusan S1 yang memiliki IPK 3.9 tapi tidak memiliki pengalaman organisasi apapun. Cara bicara dan penampilannya sangat menunjukkan bahwa ia adalah seorang kutu buku yang kuper. Lalu orang kedua adalah seorang lulusan S1 dengan IP 3.0 namun memiliki pengalaman organisasi segudang. Jiwa leadership sudah terpancar dari gaya bicara, penampilan dan tatapan matanya. Pertanyaannya, orang keberapa yang anda pilih untuk menggantikan posisi anda sebagai pimpinan perusahaan? Jika anda memilih orang pertama, berarti sampai saat ini anda belum menemukan kebenaran yang saya maksud.
Nb : tulisan ini saya dedikasikan untuk berpartisipasi dalam acara BEM STAN Blog Competition. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua.
Saidi Alhady, Bintaro 11 April 2010
alangkah baiknya klo IPK tinggi,organisasi mantab,komunikasi luar biasa
BalasHapustp jarang trkadang qt trlalu asyik hingga lupa mngimbanginya
ya, saya setuju bung said... malah dengan organisasi dapat menimbulkan motivasi yang lebih, namun bukan berarti berlebihan dalam berorganisasi, itu juga tidak baik...
BalasHapusinsya allah pilih lah organisasi yang bermanfaat dan tepat...
syukran info nya gan..
@al khowaritsmi
BalasHapusbetul kak, kalo dah gitu,, insyaAllah pasti lebih ok lagi..
@agan khairun
bener, yg pasti mesti balance.. mantap gan!
saya setuju Di... tapi pastiny kamu juga setuju kan kalo qt haeus selektif terjadap organisasi yang hendak qt pilih...
BalasHapusMenentukan prioritas utama di STAN ini emang dilema... mau ikut seabrek organisasi, ujung2nya dunia g mau tahu, yang dtnyakan cuma berapa IPmu dan kalo kurang... silakan DO... Jyaahhh!!
@ardit
BalasHapusbetul dit, memang harus selektif, jangan malah organisasi yang kita pilih jadi beban untuk kita..
Kalo di stan sih, mesti IP ok, Organisasi ok!
@ardit
BalasHapuspurbo's ngomong :
seseorang pernah bilang kalo organisasi adalah sebuah candu yang mampu membwt qt lupa segalanya. trmasuk tugas2 kuliah qt..
gw stuju sama loe, kalo hardskill tidak cukup untuk menunjang qt dalam bekerja. menurut gw, peran softskill akan lebih dominan dalam dunia kerja dibanding hardskill.
thanks bro atas artikel ente. artikel ente membwt gw trtarik utk masuk organisasi thn ini.